Cari Blog Ini

Senin, 24 Desember 2012

SEJARAH PALEMBANG


 Menurut Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Batenburg pada tanggal 20 November 1920 ditepi Sungai Tatang, anak Sungai Musi yang terletak di kaki Bukit Siguntang (sebelah barat daya kota Palembang), bahwa pada tanggal 5 Ashada tahun 605 Syake atau tanggal 17 Juni 683 Masehi Dahpuntahyang mendirikan Wanua Sriwijaya (Wanua:Negri). Dari Wanua inilah Sriwijaya mulai menampakkan diri dan akhirnya mencapai kejayaannya dan mengalami masa keemasan dari Abad VII sampai dengan Abad XII. Kekuasaannya bukan hanya meliputi  kawasan Asia tenggara, tapi juga sampai ke Taiwan,Australia, dan Madagaskar. Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan tulisan dari berbagai ilmuan, akhirnya diyakini bahwa Wanua Sriwijaaya yang dimaksud adalah Kota Palembang.
Nama Palembang berasal dari bahasa masyarakat setempat, yaitu kata pa dan limbang. Pa berarti tempat dan limbang yang berarti melimbang atau mengayak untuk memisahkan sesuatu (memisahkan emas dari air dan tanah).  Menurut cerita rakyat, salah satu sumber mata pencaharian penduduk Palembang pada saat itu adalah mendulang emas di Sungai Tatang. Pada tahun 1225 Masehi muncul nama Palembang di dalam tulisan seorang pengarang berkebangsaan cina, Chau Ji Kau,dalam bukunya Cu Fan Chi. Beliau mengeja nama Palembang dengan Pa-lin Fong. Begitu pula di dalam bukuWang Ta-Yuan  yang berjudul Toa-i Chi Lio, yang terbit pada tahun 1349. Ia menyebutkan nama Palembang dengan Po-lin Fong.
Setelah kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad XVI, datanglah utusan dari Majapahityang bernama Ario Damaruntuk melanjutkan kekuasaan dan pemerintahan di Kadipaten Palembang. Pemerintahan ini secara administratif sepenuhnya tunduk kepada kerajaan Majapahit.Beberapa tahun setelah Ario Damar meninggal, kepemimpinan dan kekuasaan di Kadipaten Palembang menjadi tidak menentu.
Pada saat yang hampir bersamaan, tepatnya pada tahun 1549 M, terjadi pula perebutan kekuasaan di kerajaan Demak antara Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Adiwijaya dari Pajang. Perebutan kekuasaan itu menyebabkan Aria Penangsang meninggal. Sebagian pengikut Aria Penangsang yang tidak mau tunduk kepada pangeran Adiwijaya melarikan diri ke berbagai daerah. Di antara mareka adalah seorang perwira yang bernama Sido Ing Lautan. Ia bersama anaknya, Ki Gede Ing Suro, melarikan diri ke Palembang dan mendirikan pusat kekuasaan dan perniagaan, yang selanjutnya menjadi Keraton Kuto Gawang, yang terlatak di kawasan PT. Pupuk Sriwijaya sekarang.
Setelah Palembang diserbu oleh belanda pada tahun 1659, Keraton Kuto Gawang dibakar habis. Pada tahun 1675keraton ini dipindahkan ke daerah Beringin Janggut, dipinggir sungai Tengkuruk. Oleh Sultan Jamaluddin yang dikenal dengan sebutan Sultan Ratu. Abdulrakhman Kholifatul Mukminin Sayidul Imam. Beliaulah yang pertama bergelar Sultan, yang dinobatkan dengan sebutan Sultan Cinde Walang.

Selanjutnya, masyarakat Palembang meyakini bahwa kesultanan Palembang berhasil memisahkan diri dari pengaruh kekuasaan kerajaan lain sejak masa Sultan Cinde walang. Oleh karena itu, Sultan Cinde Walang dianggap sebagai Bapak pendiri Kesultanan Palembang.
Sejak tahun1906 kota Palembang ditetapkan sebagai kota otonom. Melalui Undang-undang Nomor 28 tahun 1959, kota Palembang ditetapkan sebagai galah satu kotapraja di Sumatra Selatan. Sekarang kota Palembang, selain berkedudukan sebagai daerah otonomtingka II dari sepuluh daerah otonom tingkat II yang ada di Sumatera Selatan, juga merupakan ibukota propinsi Sumatra Selatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar